Kapan Sadarku?
Tak banyak yang aku
dapatkan dari berita akhir-akhir ini tentang virus corona, kecuali merasakan
kelemahan yang sangat, tak berdaya serta terbatasnya manusia.
Bagi yang lain, mungkin hampir putus asa, atau cukup untuk membuat mereka panik lalu mengaktifkan otak reptil mereka,
berusaha menyelamatkan diri sendiri.
Aku berusaha mememahami
aksi belebihan dengan menguras stok pangan, obat-obatan, masker dan lainnya, adalah
bentuk dari ingin selamatnya manusia dari wabah.
Sekali lagi,
kesemuanya menunjukan betapa lemahnya manusia, bahkan tidak bisa berbuat apapun tehadap sesuatu yang sudah diketahui, tak bisa kendalikan
apapun.
Sampailah aku pada suatu batas, ketika sudah berada di jenjang pencarian tentang virus corona, penyebarannya, dan cara untuk mencegahnya, yaitu : 'kita tidak bisa apa-apa'.
Di batas teknologi, di jenjang ilmu manusia, ternyata kita semua harus tunduk, bersujud, menengadah pada Sang Pencipta, yang mungkin kita abaikan disaat-saat biasanya.
Ataukah ini cara Allah swt, mendidik kerasnya kepala kita, tentang arti kelemahan, tentang arti kematian, dan arti kekuasaannya yang begitu luas?
Kita dijanjikan kenikmatan ketika kita mau memperjuangkan agama Allah swt, tapi kita abai. Ternyata kekuatan ketakutan lebih banyak menggerakkan kita untuk mendekat pada-Nya.
Satu hal yang membuatku sedikit lebih tenang. Memikirkan Allah swt. dan rasulnya, masih memiliki orang-orang yang aku cintai, dan berusaha beramal sholeh pada hari ini.
Ternyata, begitu mudahnya manusia mati, semudah Allah swt menciptakan kita, sama mudahnya ketika Allah swt bangkitkan kita kembali di hari ketentuan.
Di hari itu kelak kita akan kembali sadar, bila semua manusia sekarang diambang batas kekhawatirannya akan virus, di saat itu ada yang lebih mengerikan,
hari perhitungan amal.
Ternyata, begitu mudahnya manusia mati, semudah Allah swt menciptakan kita, sama mudahnya ketika Allah swt bangkitkan kita kembali di hari ketentuan.
Di hari itu kelak kita akan kembali sadar, bila semua manusia sekarang diambang batas kekhawatirannya akan virus, di saat itu ada yang lebih mengerikan,
hari perhitungan amal.
Refrensi : Ust.Felix Siauw
0 Komentar: