Jangan Menyerah
Mulai dari kehidupan kita di alam ruh, sampai ke alam barzakh, semuanya punya proses yang harus dilewati, tidak ada satu pun lembaran kehidupan yang tidak dilengkapi. Misal, dalam Al-Qur'an disebutkan proses terjadinya manusia, mulai dari sari pati tanah lalu dijadikan air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh, lalu air mani itu dijadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu dijadikan tulang-belulang. Lalu tulang-belulang itu dibungkus dengan daging, kemudian dijadikan makhluk yang berbentuk lain. Proses ini menandakan bahwa semuanya memerlukan step by step, mudah saja bagi Allah untuk langsung membentuk manusia dengan sempurna tanpa melalui proses. Tapi Allah ingin menunjukkan bahwa kita diciptakan melalui proses bukan melalui hasil dan proses itu memerlukan waktu.
Begitu juga ketika kita lahir di dunia ini, tidak semena-mena langsung
berumur 10 tahun, 20 tahun atau bahkan 70 tahun. Bisa dibayangkan
kalau kita lahir dan langsung bertumbuh besar dan dewasa, aneh bukan?
Ketika kita mulai beranjak dewasa, kita pasti akan selalu menghadapi
masalah. Dan setiap orang punya kertas ujiannya masing-masing dan juga
punya caranya sendiri untuk menjawab soal-soal dalam kertas ujian itu.
Ketika kita mulai mendapati masalah, biasanya kita selalu
membanding-banding kan dengan orang lain.
Contoh sederhana, ketika sedang makan bareng teman, terus makanan kita rasanya nggak enak. Waktu kita nyobain makanan temen kita kok lebih enak. Padahal menurut temen kita makanan dia sendiri juga nggak enak.
Ketika kita melihat seseorang kok dia kayaknya nggak punya masalah ya, hidup nya enak-enak aja. Kok hidup dia kayanya nggak ada beban, padahal kita nggak tahu kalau dia juga mengalami masalah dan masalahnya berbeda dari kita.
Contoh sederhana, ketika sedang makan bareng teman, terus makanan kita rasanya nggak enak. Waktu kita nyobain makanan temen kita kok lebih enak. Padahal menurut temen kita makanan dia sendiri juga nggak enak.
Ketika kita melihat seseorang kok dia kayaknya nggak punya masalah ya, hidup nya enak-enak aja. Kok hidup dia kayanya nggak ada beban, padahal kita nggak tahu kalau dia juga mengalami masalah dan masalahnya berbeda dari kita.
Coba kita renungkan sejenak, terkadang kita ingin hidup di kehidupan orang
lain. Entah kita menginginkan kehidupan orang lain, entah kita sibuk
memerhatikan orang lain atau lebih parahnya lagi kita tidak menikmati
kehidupan sendiri.
Sebuah sajak mengatakan Everyone grows in a different rates, contoh sederhana ketika kita melihat kehidupan orang di negara lain. Ada yang dilahirkan memiliki hidung mancung, kulit putih, langsung bisa berbahasa Arab atau langsung bisa berbahasa Inggris. Sepertinya kita iri apalagi yang bisa bahasa Arab “Kok enak ya dari lahir udah ngerti bahasa Arab, baca Qur’an nya gampang." Tapi kita nggak tahu masalah yang mereka hadapi ternyata justru lebih berat.
Sebuah sajak mengatakan Everyone grows in a different rates, contoh sederhana ketika kita melihat kehidupan orang di negara lain. Ada yang dilahirkan memiliki hidung mancung, kulit putih, langsung bisa berbahasa Arab atau langsung bisa berbahasa Inggris. Sepertinya kita iri apalagi yang bisa bahasa Arab “Kok enak ya dari lahir udah ngerti bahasa Arab, baca Qur’an nya gampang." Tapi kita nggak tahu masalah yang mereka hadapi ternyata justru lebih berat.
Masing-masing kita adalah aktor utama dalam kehidupan kita. Mainkan
peran itu dengan sebaik- baiknya. Salah satu ciri orang yang bertumbuh
versi Kuniawan Gunadi dkk adalah tidak iri pada pertumbuhan orang lain.
Kita ditumbuhkan di keluarga yang berbeda, di lingkungan yang berbeda, di
negara yang berbeda. Maka masalah yang kita hadapi pun juga akan berbeda. Ketika kita
nyontek ke kertas ujian temen kita, itu kan percuma. Karena jawaban dari masalah dan soal ujian kita, berbeda dengan jawaban milik mereka.
Penyair Iqbal mengatakan, “Umur bukan ukuran tahun. Akal bukan ukuran tubuh. Sehari hidup singa di rimba. Seratus tahun bagi si domba. ”
Jangan cepat menyerah. Lihatlah perjuangan ibu kita, kalau seandainya
ibunda kita menyerah untuk melahirkan kita dalam perutnya, mungkin kita tidak akan hidup sampai saat ini.
Wallahu a’lam bissowab.
Penulis : Inas Syarifah
....مَاشَآءَاللّهُ....
BalasHapusسُبْحَانَ اللّهُ,اَللّهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدِ
الْحَمْدُ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِين
جزاكم الله خير الجزا والمغفره. امين.
بارك الله فيكم يا أستاذة.